MGZ4MqNcMWt8LGtdNGx9MWAazD8dyTEnBCM9
MASIGNCLEANLITE104

Kisah Raja Ashoka Dengan Seorang Putri Dari Kalinga Putri Kaurwaki

Sekitar tahun 261 SM Ashoka melakukan perjalanan ke daerah Kalinga dan disana Ia bertemu dengan seorang gadis bernama Kaurwaki (putri kerajaan Kalinga). Ashoka pun jatuh cinta pada pandangan pertama hingga ia memberikan sebuah kuda kepada Kaurwaki. Pada saat pertemuannya dengan Kaurwaki, Ashoka masih dalam penyamaran dengan nama Pawan (Film Ashoka The Great. 2001). Kalingga merupakan sebuah negara yang masih merdeka (belum dikuasai oleh negara lain) dan Ashoka ingin menaklukannya agar menjadi bagian dari kerajaan Magadha.

Bangsa Kalinga mempunyai angkatan perang yang sangat tangguh, mereka dengan gagah berani mempertahankan kemerdekannya dari upaya penjajahan dari bangsa asing, termasuk Maurya. Namun pada saat Ashoa menyerang kerajaan ini,  seluruh wilayah Kalingga dihancurkan. Banyak parjurit yang ditawan, dan diperkirakan lebih dari 100.000 orang tewas terbunuh.

Kisah Raja Asoka Dengan Seorang Putri Dari Kalinga

Pada saat itu, Kauwarki ternyata juga ikut serta dalam peperangan. Ia melihat Ashoka (Pawan) sedang mengayunkan pedang terhadap musuh-musuhnya (Prajurit Kalingga). Ia sangat shock melihat kejadian itu, karena orang yang disayangi dan dicintai selama ini adalah musuh besar negaranya. Setelah peperangan berakhir, Ashoka menemukan kuda yang pernah ia kasih pada Kaurwaki. Kemudian dengan sigap ia mencari keberadaaan Kauwarki dan akhirnya menemukannya.

Setelah berbicara panjang lebar dengan Kaurwaki, Ashoka akhirnya menyadari bahwa musuh-musuh yang ia bunuh, termasuk Pangeran Arya merupakan keluarga Kauwarki (Film Ashoka The Great). Hal ini ternyata mampu menyadarkan Ashoka yang selama ini haus darah akhirnya ia bertobat dan berjanji akan menjadi raja yang baik dan dicintai rakyatnya tanpa harus mengorbankan banyak nyawa.

Ashoka akhirnya memutuskan untuk menjadi penganut agama Buddha berkat pengaruh dari seorang pendeta yang bernama Upagupta dan sejak saat itu Ashoka mulai mendefiniskan prinsip-prinsip dasar dharma. Dia juga merasa bertanggung jawab atas segala bentuk pembunuhan yang telah dilakukannya selama ini, dan dia sangat menyesali perbuatannya itu. Sejak kejadian itu Ashoka, yang sebelumnya dikenal sebagai "Ashoka yang kejam" (Canda Asoka) mulai dikenal dengan "Ashoka yang Saleh" (Dharmâsoka).

Ia menjalankan pemerintahan dengan menjadi Raja yang bijaksana di bawah bimbingan cahaya Hukum atau Dharma ataupun Undang-undang Kasih Sayang yang telah diajarkan oleh agama Buddha yang dianutnya. Ia juga menjadi seorang biksu, dan bertekad untuk mengembangkan ajaran Buddha yang telah dianutnya ke segala penjuru daerah kekuasaannya. Seluruh dewan pemerintahannya juga dikerahkan untuk mengembangkan ajaran Buddha ini. Dan dalam usahanya ini, ia juga dibantu oleh kedua orang anaknya yakni Mahinda dan Sanghamitta.

Ashoka juga membangun ribuan stupa dan vihara bagi para penganut Agama Buddha. Selama sisa masa pemerintahannya dikerajaan Maurya, ia menganut kebijakan resmi anti kekerasan. Bahkan penyembelihan dan penyiksaan terhadap hewan pun dilarang olehnya.Raja Ashoka juga menaruh belas kasihan kepada para tahanan yang ada di penjara, mereka di izinkan mengambil cuti, sehari dalam waktu setahun.

Ia juga berusaha meningkatkan ambisi profesional untuk rakyat jelata dengan membangun berbagai pusat-pusat studi pendidikan. Ia juga mengupayakan sistem irigasi untuk melancarkan stiap usaha pertanian. Rakyat yang dipimpinya diperlakukan secara sama, apapun golongan mereka. Ashoka juga membangun rumah sakit untuk hewan dan juga merenovasi jalan-jalan utama yang menghubungkan daerah-daerah yang ada di India.

Pada saat Ashoka meninggal, Kekaisaran Maurya mulai terpecah-pecah karena perebutan kekuasaan yang terjadi antara kedua cucu Ashoka yakni Sampradi dan Dasaratha. Merekan membagi Kerajaan menjadi dua. Akhirnya wilayah Kerajaan berkurang hingga hanya tersisa di lembah sungai Gangga saja.Akhirnya kurang lebih sekitar 50 tahun kemudian Raja terakhir Maurya bernama Brihadrata dan dibunuh oleh panglima perangnya Pusyamitra Sunga saat ia sedang menginpeksi pasukannya. Setelah berhasil melenyapkan raja panglima tersbeut kemudian mendirikan Kerajaan Sunga (185 SM-78 SM) dan memerintah di sebagian wilayah Maurya yang telah runtuh.

Ajaran Buddha yang dibawa Ashoka juga menjadikan Ashoka sebagai Raja yang penuh dengan kasih sayang, seorang pahlawan, dan Raja yang Agung. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa, Ajaran Buddha di zaman itu mendapat kedudukan sebagai agama kerajaan.
Share This Article :
50963148598017446